The 3 July Affair, 1946: Opposition Movement Against Syahrir's Cabinet

Authors

  • Syafruddin Yusuf Universitas Sriwijaya

DOI:

https://doi.org/10.36706/jc.v13i1.9

Keywords:

diplomacy, Syahrir, Opposition, 31 Juli

Abstract

Abstract: The events of July 3 1946 are a portrait of hard-line national leaders who did not agree with the diplomatic politics of the Syahrir government. They want to replace Syahrir's cabinet with a new cabinet that they have prepared. This research aims to determine the background to the 3 July 1946 incident, the process of the 3 July 1946 incident, and the resolution of the 3 July incident. The method used in this research is the historical method with heuristic stages, source criticism, interpretation and historiography. Based on research results, it is known that the 3 July incident started with the kidnapping of Syahrir and developed into a movement that culminated in a government coup by forcing Soekarno to sign a decree to replace the government. The Syahrir opposition group's efforts failed because Soekarno refused to sign the decree. They were later arrested, tried and sentenced. President Soekarno's attitude in rejecting the opposition's desire to replace Syahrir's government shows that Syahrir received strong support from Soekarno. Soekarno's attitude shows that Sukarno was a strong and firm Republican leader who was appreciated or respected by other Indonesian leaders.

 

Abstrak: Peristiwa 3 Juli 1946 merupakan potret pemimpin nasional garis keras yang tidak setuju dengan politik diplomasi pemerintahan Syahrir. Mereka ingin mengganti kabinet Syahrir dengan kabinet baru yang sudah mereka siapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang  terjadi peristiwa  3 Juli 1946, proses terjadinya peristiwa  3 Juli 1946, dan penyelesaian peristiwa 3 Juli tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan tahapan heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Berdasarkan hasil peneitian diketahui bahwa Peristiwa 3 Juli bermula dari penculikan Syahrir dan berkembang menjadi gerakan yang berujung pada kudeta pemerintahan dengan memaksa Soekarno menandatangani dekrit pengganti pemerintahan. Upaya kelompok oposisi Syahrir gagal karena Soekarno menolak menandatangani dekrit tersebut. Mereka kemudian ditangkap, diadili dan dijatuhi hukuman. Sikap Presiden Soekarno yang menolak keinginan pihak oposisi untuk menggantikan pemerintahan Syahrir menunjukkan bahwa Syahrir mendapat dukungan kuat dari Soekarno. Sikap Soekarno tersebut menunjukkan bahwa Sukarno adalah pemimpin Republik yang kuat dan tegas sehingga dihargai atau dihormati oleh para pemimpin Indonesia lainnya.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Abdullah, T. (1981). Manusia dalam Kemelut Sejarah. LP3ES.

Amroni, A. J., & Sumarno. (2014). Organisasi Persatuan Perjuangan 1946. Avatara, Ejournal, 2(3), 1–6.

Anderson, B. (1988). Revolusi Pemuda: Pendidikan Jepang dan Perlawanan di Jawa (1945-1946). Pustaka Sinar Harapan.

Anwar, R. (2010). Sutan Sjahrir: Demokrat Sejati, Pejuang Kemanusiaan 1906-1966. Kompas.

Gottschal, L. (1985). Mengerti Sejarah. Universitas Indonesia Press.

Kahin, G. M. T. (1952). Nasionalism dan Revolution di Indonesia. Cornell University Press.

Kartasapoetra, G., & Darmawan, S. (1981). Peristiwa 3 Juli 1946: Ditinjau dari Segi Hukum. Armico.

Koesoemasoemantri, I. (n.d.). Sedjarah Revolusi Indonesia: Masa Revolusi Bersenjata Jilid II.

Kuntowijoyo. (2013). Pengantar Ilmu Sejarah. Bentang Budaya.

Matanasi, P. (2019, July 3). Sejarah Peristiwa 3 Juli 1946, Kudeta Pertama di Indonesia. Tirto. https://tirto.id/crSy

Nasution, A. H. (1978). Sekitar Perang Kemerdekaan Jilid III. Angkasa.

Notosusanto, N. (1978). Masalah Penelitian Sejarah Komtemporer (Suatu Pengalaman). Yayasan Idayu.

Nuraini, P. (2023). Pengambilalihan Kekuasaan Kabinet Sjahrir oleh Persatuan Perjuangan pada 3 Juli 1946. Jurnal Siginjai, 3(1), 39–49. https://doi.org/10.22437/js.v3i1.24509

Padiatra, A. M., Rifal, Sanusi, A., & Hamidah, D. N. (2023). Kisah Bung Kecil: Rekam Jejak Sutan Sjahrir 1909-1966. Jurnal Tamaddun, 11(2), 18–50.

Raliby, O. (1953). Documenta Historica. Bulan Bintang.

Ricklefts, M. C. (1981). Sejarah Indonesia Modern 1200—2004. Gadjah Mada University Press.

Sani, A. F. I. (2021, July 3). Sejarah Hari Ini: Upaya Kudeta Pertama Pada Pemerintah Indonesia. Tempo.Co. https://nasional.tempo.co/read/1479136/sejarah-hari-ini-upaya-kudeta-pertama-pada-pemerintah-indonesia

Soemarsono, S. (1978). Mohammad Roem: 70 Tahun Pejuang dan Perunding. Bulan Bintang.

Suharto, S. (2010). Tentara Rakyat di Banten Selatan: Kekuatan Terakhir Pembela Tan Malaka. Jurnal Masyarakat Dan

Budaya, 12(1), 1–18. https://doi.org/10.14203/jmb.v12i1.161

Susatyo, R. (2008). Pemberontakan PKI-Musso di Madiun. Koperasi Ilmu Pengetahuan Sosial.

Thuy, P. van. (2013). The Political Framework of Economic Decision-making in Indonesia and Vietnam, 1945-1950. Lembaran Sejarah, 10(1), 31–44.

Thuy, P. van. (2019). Beyond Political Skin: Colonial to National Economies in Indonesia and Vietnam (1910s-1960s). Springer Nature Singapore.

Vlekke, B. H. M. (1949). Indonesia in Retrospect. Pacific Affairs, 22(3), 290. https://doi.org/10.2307/2751803

Widayati, L. S. (2019). Pidana Tutupan dalam RUU KUHP: dari Perspektif Tujuan Pemidanaan, Dapatkah Tercapai? (Undisclosed Penitentier in Criminal Code Bill: From the Purpose of Punishment’s Perspective, Can It Be Achieved?).

Negara Hukum, 10(2), 237–257. https://doi.org/10.22212/jnh.v10i2.1349

Yamin, M. (1956). Konstituante Indonesia Dalam Gelanggang Demokrasi. Djamban Djakarta.

Downloads

Published

2024-02-25

How to Cite

Yusuf, S. (2024). The 3 July Affair, 1946: Opposition Movement Against Syahrir’s Cabinet . Criksetra: Jurnal Pendidikan Sejarah, 13(1), 31–44. https://doi.org/10.36706/jc.v13i1.9

Issue

Section

Articles