Geohistory of the Makassar Spice Network from the 16th to 17th Century
DOI:
https://doi.org/10.36706/jc.v13i2.39Keywords:
Geohistori, Jaringan Rempah, Perspektif StrukturalAbstract
Abstract: This article discusses the geohistory of the spice network of Makassar from the 16th to the 17th century. The modern world of eastern Indonesia, including Makassar, is thought to have begun after the arrival of foreigners. This needs to be re-examined, as the trade of the inland kingdoms played an important role in the development of the coastal kingdoms. Makassar's trade had contacts with Banda. For this reason, the author presents a geohistorical study of the natural formation of a spice trade network in the interior of South Sulawesi. The purpose of this study is to reveal the role of geography, topography, surrounding islands, marine systems, climate and munsom winds, both on the west coast of Sulawesi, the east coast of Sulawesi and the mountains, in the development of the spice network in Makassar. The method used in this study is the historical research method with a literature approach. As described by Kuntowijoyo, from the selection of topic, heuristics, verification, interpretation and historical writing. The literature review study has an important position in revealing the problem. The results show that the development of Makassar's spice network cannot be separated from the geographical conditions, topography, surrounding islands, marine systems, climate and Munsom winds. In addition, Makassar is located on the main sea route connecting a number of sea systems (Makassar Strait, Bone Bay, Flores Sea, Banda Sea and Java Sea). With such a geostrategic structure, the kingdoms of the hinterland.
Abstrak: Artikel ini membahas geohistori jaringan rempah Makassar abad XVI-XVII. Dunia modern Indonesia Timur termasuk Makassar dianggap dimulai setelah masuknya bangsa asing. Hal tersebut perlu ditelaah ulang, mengingat bahwa perdagangan kerajaan pedalaman memiliki peran penting dalam perkembangan kerajaan-kerajaan pesisir. Perdagangan Makassar telah memiliki kontak dagang dengan wilayah di Banda. Untuk itu penulis mengetengahkan kajian geohistori yang terbentuk secara alamiah yang membentuk jaringan perdagangan rempah di pedalaman Sulawesi bagian selatan. Tujuan penelitian ini mengungkap peranan geografis, topografi, pulau-pulau sekitarnya, sistem laut, iklim dan angin munsom, baik yang terletak di pantai barat Sulawesi, pantai timur Sulawesi, serta pegunungan dalam perkembangan jaringan rempah di Makassar. Metode yang digunakan studi ini, metode penelitian sejarah dengan pendekatan kepustakaan. Sesuai yang dijabarkan Kuntowijoyo, mulai dari memilih topik, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan penulisan sejarah. Studi literature review memiliki posisi penting dalam mengungkap masalah. Hasil penelitian menujukkan perkembangan jaringan rempah Makassar tidak dapat dilepaskan dari kondisi geografis, topografi, pulau-pulau sekitarnya, sistem laut, iklim dan angin munsom. Selain itu Makassar terletak di jalan utama maritim yang menghubungkan sejumlah sistem laut (Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, dan Laut Jawa). Dengan struktur geostrategis, kerajaan-kerajaan pedalaman sebagai penghasil beras dibarter dengan rempah-rempah
Downloads
References
Abdurahman, D. (2011). Metodologi Penelitian Sejarah Islam. Yogyakarta: Ombak.
Artono, M., & Laksana, A. T. (2020). Geohistori Masa Kolonial di Indonesia. Surabaya: Unesa University Press
Asba, A. R. (2007). Kopra Makassar: Perebutan Pusat dan Daerah: Kajian Sejarah Ekonomi Politik Regional di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia.
Braudel, F. (2023). The Mediterranean and the Mediterranean World in the Age of Philip II: Volume II. Univ of California Press.
Cummings, W. (1998). The Melaka Malay Diaspora in Makassar, c. 1500-1669. Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society, 71, 107–121.
Cummings, W. (2007). A chain of kings: The Makassarese chronicles of Gowa and Talloq. Brill.
Druce, S. C. (2009a). The lands west of the lakes: A history of the Ajattappareng kingdoms of South Sulawesi, 1200 to 1600 CE (Vol. 261). Brill.
Effendi, R., & Akmal, H. (2020). Geografi Dan Ilmu Sejarah: Deskripsi Geohistori Untuk Ilmu Bantu Sejarah. Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat.
Hamonic, G. (1983). Citra Masyarakat Indonesia. Sinar Harapan.
Habiburrohman, M. (2021). Pengaruh Fernand Braudel terhadap Kajian Sejarah Maritim di Indonesia. Ijtimaiya:
Journal of Social Science Teaching, 5(1), 49–64. DOI : 10.21043/ji.v4i2.8080
Jufri, M. (2005). Konflik Kenelayanan di Kepulauan Spermonde: Analisis terhadap Peristiwa Konflik Antar Nelayan. Tesis. Depok: Universitas Indonesia.
Kuntowijoyo, (2005). Pengantar ilmu sejarah. Bentang Pustaka.
Lapian, A. B. (1992). Sejarah Nusantara Sejarah Bahari. Pidato Pengukuhan Guru Besar Luar Biasa Fakultas Sastra Universitas Indonesia
Lapian, A. B. (2008). Pelayaran dan Perdagangan Nusantara abad ke-16 dan 17. Depok: Komunitas Bambu.
Leur, J. C. (1974). “Mahan di Meja Baca Hindia”. Dalam J.C. van Leur & F.J.R. Verhoeven. Teori Mahan dan Sejarah Kepulauan Indonesia. Jakarta: Bharatara, 13-27.
Mattulada, (2011). Menyusuri Jejak Kehadiran Makassar dalam Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Moka, W. (1995). Bentuk Kepulauan Spermonde (Spermonde). Materi Pendidikan Dan Latihan Metodologi Penelitian Penentuan Kondisi.
Pelras, C. (1997). The Bugis. John Wiley & Sons.
Poelinggomang, E. L. (2016). Makassar Abad XIX: Studi tentang Kebijakan Maritim. Jakarta: Kepustakaan Indonesia Popular.
Reid, A. (1983). The Rise of Makassar. Review of Indonesian and Malaysian affairs, 17(2), 117–160.
Sulistiyono, S. T. (2014). “Rempah-Rempah dan Perubahan Peta Kekuatan Maritim di Nusantara Abad XVI-XVII”. Dalam Arus Balik Memori Rempah dan Bahari Nusantara, Kolonial dan Poskolonial. Yogyakarta: Ombak
Sulistiyono, S. T. (2016). Paradigma Maritim dalam Membangun Indonesia: Belajar dari Sejarah. Lembaran Sejarah, 12(2), 81–108. https://doi.org/10.22146/lembaran-sejarah.33461
Sutherland, H. (2007). Geography as destiny? The role of water in Southeast Asian history. Dalam Peter Boomgaard (eds). A World of Water: Rain, Rivers and Seas in Southeast Asian Histories. Brill, 27-70.
Turner, J. (2011). Sejarah Rempah: dari erotisme sampai imperialisme. Depok: Komunitas Bambu
Whitten, A. J., Mustafa, M., & Henderson, G. (1987). The Ecology of Sulawesi. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Zakir, A. (2016) “Pengertian Dasar Angin Kencang, Badai Tropis dan Palung Tekanan Rendah” Makalah disampaikan pada Training Workshop Meteorologi, Klimantologi dan Geofisika untuk Media Jasa dan Penggunaan Jasa, 14-15 Juni 2006, Citeko Bogor.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Rifal
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.