Changes in the Meaning of Space Around the Lematang River in the 1910 - 1980s
DOI:
https://doi.org/10.36706/jc.v13i2.29Keywords:
landscape change, meaning of space, Lematang, riverAbstract
Abstract: The ideas brought by the externals had major implications. The idea of natural exploitation as well as economic advancement around the Lematang River occurred from the beginning of the 20th century to the first half of the 20th century, which had a major impact on the community. The communities around the Lematang River were originally settled and dependent on the river life. This study aims to examine the changes in the meaning of space due to changes in the natural landscape. This research uses the historical method. The results showed that exploitation around the Lematang river flow intensified in the early 20th century through plantations, trade and mining. Similar conditions also existed during the New Order period, the government tried to accelerate the economic progress of the region by opening roads and bridges which further changed the meaning of the community regarding the river. Changes in the natural landscape due to the existence of plantations and also land routes have become a magnet for people to move to become farming communities or planters who do a lot of activities on land and there are changes in the concept of space around.
Abstrak: Gagasan mengenai ekploitasi alam dan juga kemajuan ekonomi di sekitar aliran sungai Lematang terjadi dari awal abad XX sampai paruh pertama abad XX yang berdampak besar terhadap masyarakat. Masyarakat di sekitar aliran sungai Lematang pada mulanya menetap dan bergantung pada kehidupan sungainya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mengenai perubahan pemaknaan ruang akibat adanya perubahan lanskap alam. Penelitian ini menggunakan metode sejarah. Hasil penelitian menunjukkan eksploitasi di sekitar aliran sungai Lematang semakin gencar pada awal Abad XX melalui perkebunan, perdagangan dan juga pertambangan. Kondisi serupa juga terjada pada masa Orde Baru, pemerintah berupaya mempercepat kemajuan ekonomi Kawasan dengan membuka jalan dan jembatan yang semakin mengubah pemaknaan masyarakat mengenai aliran sungai. Perubahan lanskap alam akibat adanya perkebunan dan juga jalur darat telah menjadi magnet bagi masyarkat untuk berpindah menjadi Masyarakat petani atau pekebun yang banyak beraktifitas di daratan serta ada perubahan mengenai konsep ruang di sekitar.
Downloads
References
Andaya, L. (2018). Water in the Study of Southeast Asia. KEMANUSIAAN The Asian Journal of Humanities, 25(1), 21-38. https://doi.org/10.21315/kajh2018.25.s1.2
Barker, R., & Molle, F. (2004). Evolution of Irigation in South and Southeast Asia. Comprehensive Assessment Secretariat.
Batavia: Topograpische Inrichting. (1915). Banoeajoe. http://hdl.handle.net/1887.1/item:811970
Berita Yudha. (1981, November 13). Kapal2 di Sumsel Sudah Digerakkan oleh Tenaga2 Mesin.
De Locomotief. (1936, May 12). In Zuid-Sumatra: Ravijn in boevenloop der Lematang.
De Sumatra Post. (1919, January 24). Overstrooming.
Green, A. C. (n.d.). Lematang. https://viewer.slv.vic.gov.au/?entity=IE924424&mode=browse
Harian Bernas. (1992, November 4). Hari ini Pak Harto Resmikan Jembatan Musi II.
Harian Neraca. (1988, May 2). Lintas Kotabumi-Muara Enim Rawan Putus.
Harian Neraca. (1992, December 11). Jalan Pintas Jambi-Jakarta Segera Terwujud.
Het nieuws van den dag voor Naderlandsch Indie. (1919, January 24). Bandjirs. Palembang, 23 Jan. 1919.
Huckleberry, G. (2022). Geoarchaelogy virtual issue: Ancient water management. Geoarchaeology an International
Journal, 1(3). https://doi.org/10.1002/gea.21915
Kansil, C. S. T. (1970). Inti Pengetahuan Repelita. Erlangga.
Kuntowijoyo. (2018). Pengantar Ilmu Sejarah. Tiara Wacana.
Moearaenim Aan de Oever van de Enim (1910). https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/824873?solr_nav%5Bid%5D=9f3a5b779ef82a010a3a&solr_nav%5Bpage%5D=0&solr_nav%5Boffset%5D=2
Rangkuti, N. (2007). Tabir Peradaban Sungai Lematang. In Tabir Peradaban Sungai Lematang Kajian Sriwijaya di Situs Candi Bumiayu. Balai Arkeologi Palembang.
Richter, J. F. P. (1911). economische geographie van Zuid-Sumatra. In Tijdschrift voor economische geographie; orgaan der Nederlandsche Vereeniging voor Economische Geographie. Mouton’s.
Rinardi, H. (2021). Industrialisasi di Indonesia: Perkembangan IndustriSubstitusi Impor Indonesia Selama Masa Orde Baru. Patrawidya, 22(1).
Susetyo, B. & Ravico, R. (2021). Perekonomian Masyarakat Onder afeeling Moesi Oeloe Tahun 1900-1942. Rihlah Jurnal Sejarah dan Kebudayaan, 9(2), 13-35. https://doi.org/10.24252/rihlah.v9i2.23250
Setia, N. (2023). Keterlibatan Amerika Serikat dalam Upaya Pembangunan Ekonomi Indonesia Era Soeharto 1966-1980. Journal of Indonesian History, 11(1).
Siregar, S. M., E. Sutriyono, & Munandar, A. A. (2021). Placement of the Temples Site in Wetlands (Case Study in Bumiayu Temples Site). IOP Conf. Ser. : Earth Environ. Sci.
Suara Karya. (1980a, January 7). 2 Juta Ha lebih lahan kosong akibat perdagangan dan penebangan liar.
Suara Karya. (1980b, January 16). 5 Tewas Akibat Banjir di LIOT.
Susilastri, D., Siregar, S. M., & Rosita, E. (2022). Pemanfaatan Sumber Daya Air di Kawasan Percandian Bumiayu, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (Pali). Purbawidya: Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Arkeologi, 11(2), 196–214. https://doi.org/10.55981/purbawidya.2022.71
Wicaksono, B. (2019). Perubahan Budaya Bermukim Masyarakat Riparian Sungai Musi Palembang, Tinjauan Proses dan Produk. Jurnal Tekno Global UIGM Fakultas Teknik, 7(2). https://doi.org/10.36982/jtg.v7i2.547
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Dennys Pradita, Ari Mukti Wardhoyo Adi, Devi Itawan, J. Susetyo Edy Yuwono
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.